HyeSoosSong

20 Juni 2012


HyeSoosSong Sejumlah warga Majene dan Polewali Mandar (Polman) di Sulawesi menggugat pemerintah Belanda atas kejahatan perang yang terjadi 60 tahun lalu. Mereka merupakan keluarga korban pembantaian 40 ribu jiwa yang dilakukan Kapten Raymond Westerling.

Warga berharap bisa memenangkan tuntutan di mahkamah internasional seperti dalam kasus pembantaian Rawa Gede. Walau sudah puluhan tahun, keluarga korban di Polman belum bisa melupakan peristiwa berdarah tersebut.

Kapten Raymond Westerling adalah veteran perang dunia II. Usai perang dunia II, Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia. Saat itulah Westerling ditugasi melatih pasukan elite Belanda di Indonesia, Depot Speciale Troepen, tahun 1946. Westerling memilih orang-orang yang kebanyakan kejam dan berangasan, tapi memiliki skill militer yang menonjol.

Westerling kemudian dikirim ke Sulawesi. Dia ditugasi memadamkan perlawanan gerilyawan Republik di sana. Maka Westerling berangkat dengan 130 pasukan baret hijau miliknya.

Westerling melakukan teror di Sulawesi. Dia berkeliling satu kampung ke kampung lainnya dengan jeep. Di satu kampung yang diduga markas gerilyawan, Westerling akan mengumpulkan orang-orang di tanah lapang. Lalu dia akan menembaki mereka satu persatu hingga ada yang memberi tahu lokasi para gerilyawan.

Westerling juga punya hobi menembak. Biasanya jika ada gerilyawan yang tertangkap, Westerling akan menyuruhnya lari. Setelah jaraknya 50 meter, Westerling akan mengacungkan senjatanya dan dorrr! Gerilyawan itu akan tewas dengan lubang di kepala.

Sang kapten pun gemar menembak orang yang ditemuinya di jalan. Enteng saja Westerling membunuh orang yang diduga pejuang kemerdekaan.

Prajurit baret hijau Westerling tak kalah kejam dari komandannya. Mereka membunuh dan memperkosa rakyat sebagai kesenangan. Ironisnya, sebagian besar prajurit baret hijau itu bukan orang bule. Mereka justru orang Maluku.

"Serdadu baret hijau itu sangat loyal pada Westerling. Pasukan di Sulawesi itulah cikal bakal Korps Speciale Troepen (KST). Mereka juga yang nantinya ikut Westerling memberontak di Bandung," ujar seorang mantan pasukan KST kepada merdeka.com, beberapa waktu lalu.

Bukan hanya rakyat Sulawesi, sesama tentara Belanda yang asli bule pun takut pada Westerling. Mereka merasa apa yang dilakukan Westerling terlalu brutal.

Kekejaman Westerling akhirnya terendus pers Belanda. Mereka menulis kekejaman yang dilakukan Westerling di koran-koran Belanda. Tentu saja hal ini jadi sorotan. Masyarakat Eropa masih segar dengan ingatan akan kekejaman Nazi Jerman. Kini setelah Nazi kalah, Belanda melakukan kekejaman yang sama di Indonesia. Masyarakat Eropa muak akan kekejaman itu.

Maka mau tak mau pimpinan militer Belanda menarik Westerling dan pasukannya dari Sulawesi. Westerling dipindahkan ke Batujajar, Bandung. Dia kembali ditugasi melatih pasukan baret hijau Belanda.

Antara tahun 1946-1947 di Sulawesi, masyarakat mencatat Westerling membunuh 40 ribu jiwa. Sementara itu Belanda mengaku hanya membunuh 2 ribu orang.

Source : merdeka

Westerling sendiri tak pernah diadili atas kejahatan perang yang dia lakukan. Hingga akhir hayatnya.

0 komentar:

Copyright © 2012 HyeSoosSong | Another Theme | Designed by Johanes DJ