HyeSoosSong

27 Desember 2011


Gangguan yang dialami ibu pada masa kehamilan serta proses persalinan yang sulit bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak dan timbulnya epilepsi. Karena itu kejadian epilepsi pada anak-anak lebih tinggi. Namun dengan kepatuhan minum obat dan pola hidup yang sehat epilepsi bisa disembuhkan.

Jenis epilepsi pada bayi dan anak sangat beragam. Menurut dr.Hardiono Pusponegoro, Sp.A, dari divisi saraf anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagian besar kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya.  Namun beberapa diantaranya disebabkan karena gangguan otak seperti kelainan bawaan, trauma otak, infeksi, hingga kekurangan oksigen saat persalinan.

Seorang anak bisa disebut menderita epilepsi jika ia mengalami kejang spontan dua kali atau lebih tanpa sebab yang jelas.

"Kejang ini disebabkan oleh aliran listrik berlebihan di otak yang muncul sebagai kejang," paparnya dalam acara media edukasi bertajuk Kenali dan Pahami Epilepsi, Hapus Stigma Negatif di Jakarta (15/12).

Ia menjelaskan, pada dasarnya epilepsi tidak menular dan tidak mengganggu kecerdasan anak. "Bila anak kejang lebih dari 15 menit memang bisa merusak otaknya. Namun biasanya kejang hanya berlangsung tak lebih dari tiga menit," kata ahli tumbuh kembang ini.

Pengobatan epilepsi menurut Hardiono sebaiknya mempertimbangkan aspek efek sampingnya. "Jangan hanya mencari obat yang paling murah, tapi perhatikan efek sampingnya karena ada yang bisa mengganggu konsentrasi dan menyebabkan alergi," katanya.

Pengobatan monoterapi atau memakai satu jenis obat, menurut dia lebih efektif dibanding beberapa jenis obat. "Makin sedikit obatnya, makin bagus hasilnya. Sekitar 70 persen tidak kejang sama sekali," imbuhnya.

Pasien epilepsi memang harus mengonsumsi obat dalam jangka panjang karena itu diperlukan kepatuhan agar terapinya berhasil.  "Setelah dua tahun tidak kejang lagi, kita akan evaluasi. Obat juga tidak boleh dihentikan seketika namun perlahan-lahan," paparnya.

Penghentian obat secara mendadak, menurut Hardiono bisa berakibat fatal. "Meski sudah tidak kejang lagi tapi belum tentu aktivitas listrik di otaknya sudah normal. Jika obat dihentikan anak bisa kejang-kejang hebat. Ini justru berbahaya," katanya.

Source : Kompas

Artikel ini dipersembahkan oleh :

0 komentar:

Copyright © 2012 HyeSoosSong | Another Theme | Designed by Johanes DJ