Belakangan ini, publik kembali disajikan wacana mengenai rencana penyederhanaan nilai mata uang rupiah atau yang lebih dikenal dengan redenominasi.
Bagi sebagian orang, wacana ini tergolong baru, sehingga banyak yang tidak memahami soal redenominasi. Tidak bisa dipungkiri, banyak yang mengira kebijakan tersebut sama dengan sanering. Padahal sanering adalah pemotongan nilai mata uang.
Pemerintah akan memberlakukan kembali satuan sen untuk mata uang rupiah. Tidak itu saja, pemerintah dan BI berencana menghilangkan tiga angka nol. Dengan kata lain, Rp 1.000 akan menjadi Rp 1, Rp 10.000 akan menjadi Rp 10, Rp 100.000 akan menjadi Rp 100.
Di balik makin gencarnya wacana mengenai penerapan redenominasi, muncul fenomena parodi atau guyonan di sekitar wacana redenominasi. Parodi tersebut menyebar melalui berbagai cara, mulai dari BlackBerry Messenger (BBM), email, jejaring sosial seperti twitter maupun facebook.
Salah satu parodi yang beredar di dunia maya bicara mengenai penolakan wacana redenominasi dari berbagai kalangan di Tanah Air.
Berbagai elemen yang keberatan dengan Redenominasi:
1. Bupati
Bupati Kepulauan Seribu keberatan kalau nanti setelah redenominasi menjadi Bupati Kepulauan Satu.
2. Marga Pasaribu keberatan menjadi Marga Pasatu.
3. Ahli bahasa
Para ahli bahasa tidak setuju kalau ungkapan 'mengambil langkah seribu' karena akan menjadi 'mengambil langkah satu'. Atau ungkapan 'seribu janji' yang jika sudah diredenominasi menjadi 'satu janji'.
4. Sastrawan
Penyair dan sastrawan di Tanah Air keberatan jika sajak Chairil Anwar yang berbunyi 'aku ingin hidup seribu tahun lagi' setelah redenominasi menjadi 'aku ingin hidup satu tahun lagi'.
5. Ulama
Para da'i sejuta umat tidak mau diganti jadi da'i seribu umat.
6. Ahli biologi
Mereka tidak setuju ikan seribu dan binatang kaki seribu diganti menjadi ikan satu dan binatang kaki satu setelah redenominasi diberlakukan.
7. Artis
Artis senior Titiek Puspa keberatan kalau lirik lagu 'jatuh cinta sejuta rasanya' diganti jadi hanya 'jatuh cinta seribu rasanya' setelah redenominasi.
Para artis tidak setuju acara malam 'sejuta' bintang dikurangi jadi malam 'seribu' bintang.
8. Para jutawan tidak mau disebut ribuwan.
9. Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur
Masyarakat di dua daerah tersebut tidak mau mengganti 'nyuwun sewu' jadi 'nyuwun setunggal'.
10. Teks pidato yg berisi ungkapan 'beribu-ribu maaf' sulit diubah jadi 'bersatu-satu maaf'.
11. Abu Nawas pun keberatan kalau kisah 'Seribu Satu Malam' diubah menjadi 'Satu malam'.
12. Pemilik akun twitter @TrioMacan 2000 tidak setuju jika nantinya menjadi @TrioMacan 2.
Menanggapi munculnya parodi terkait redenominasi, pengamat mata uang Farial Anwar menuturkan, beredarnya parodi mengenai redenominasi bisa diartikan masyarakat ada yang pesimis dengan kebijakan pemerintah. "Ada yang mengira kebijakan ini konyol, paling buntutnya tidak akan jalan, wasting time, buang waktu, dan lain-lain," ungkap Farial kepada merdeka.com, Selasa (11/12) malam.
Dia berharap kebijakan terkait redenominasi tidak dibuat parodi. Alasannya, parodi tersebut dikhawatirkan bisa menjadi pandangan masyarakat dan akhirnya menyesatkan. Berangkat dari munculnya parodi-parodi tersebut, pemerintah memiliki tantangan besar untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai kebijakan penyederhanaan mata uang.
"Pemerintah bisa menggunakan media sosial untuk menjelaskan soal kebijakan itu agar masyarakat memahami dan menganggap kebijakan ini bukan guyonan," jelasnya.
Cr : Merdeka
0 komentar: